Novel 1 : The Production Of Space – Henry Lefebvre
The
Production of Space (1991), Henri
Lefebvre mengungkapkan bahwa ‘space is socially produced’ sementara itu ‘we are
spatially produced’. Menurut Beliau, kita menciptakan ruang menurut cara kita
bertinggal dalam kehidupan sosial kita (lived space), yang mana dalam realitas
kehidupan tersebut kita bersinggungan dengan aspek material fisik dari ruang
yang tercerap oleh indera kita (perceived space) dan aspek-aspek non-material
(mental) dari ruang yang terkonsepsi dalam benak kita (conceived space).
Dalam
Arsitektur, konsepsi Lefebvre tentang ruang telah memperkaya sekaligus
mengkritisi pemikiran tentang ruang sebelumnya. Bagi Lefebvre, selain ruang
yang terbentuk oleh pikiran kita, yang tak kalah penting juga adalah ruang
dalam mana pemikiran tersebut secara sosial di produksi. Mengenai istilah
‘produksi’ yang digunakan oleh Lefebvre, disitulah terletak inti serta
kerumitan dari teorinya yang berhubungan dengan produksi sosial yang menyangkut
aspek keruangan.
Pengertian
tentang produksi disini bukanlah seperti istilah produksi yang berbentuk barang
atau jasa semata, tapi sebuah proses yang meliputi ‘multiplicity of works and
great diversity of forms’, sebelumnya Arsitektur lebih banyak berbicara tentang
bagaimana kita mengkonstruksi ruang (construction of space) yang berhubungan
dengan aspek fisik dan juga konsepsi filosofis dari ruang, maka Levebfre
mengambil pendekatan yang lain yang sangat esensial yaitu dengan mempertanyakan
bagaimana aspek fisik dan filosofis dari ruang yang dikonstruksikan tersebut
dapat bermakna bila tidak ada makhluk sosial di dalamnya.
Jika
ruang adalah bersejarah (historical), dan sepanjang sejarah itu kehidupan
sosial berganti dan mengalami berbagai kehidupan yang berbeda-beda, maka begitu
juga dengan ruang yang terjadi akan mengalami perubahan sejarah. Yang pertama
disebutnya adalah Ruang Alamiah (Natural Space) yaitu ruang yang sudah ada
dengan sendirinya yang dibentuk oleh hukum-hukum alam. Dalam kita mencerap dan
mengalami ruang semacam ini tidak merupakan suatu keharusan untuk mengetahui
konsep bagaimana ruang ini diproduksi dan didiami, karena ruang semacam ini
adalah ‘already given.’
Selanjutnya
adalah Ruang Mutlak (Absolute Space), yaitu ruang yang merupakan fenomena
universal yang diciptakan oleh Tuhan dan berlaku mutlak. Kadang-kadang, ruang
ini dicerap sebagai bagian dari alam.
Menurut Lefebvre, ruang mutlak ini tidak berlokasi dimana-mana, karena
ruang ini menghuni semua tempat dan mempunyai eksistensi simbolik yang
tegas. Ruang ini mengimplikasikan
keberadaan dari institusi keagamaan, hubungan kosmos dan alam jagad raya. Dalam
bentuknya yang mikro, ruang ini disimbolkan kepada bentuk-bentuk ruang ritual
agama, kelahiran maupun kematian.
Yang
ketiga adalah apa yang disebut sebagai Ruang Abstrak (Abstract Space). Disini
Lefebvre mengkritisi konsep dari ruang abstrak dari budaya modern kapitalis
yang cenderung mereduksi pemahaman dari ‘perceived,’ ‘conceived’ dan ‘lived
space’ menjadi sebuah abstraksi yang cenderung homogen. Dalam masyarakat
kapitalis, ruang diperlakukan sebagai sebuah komoditas abstrak, yang tidak
hanya dapat digunakan tapi juga diperjual-belikan untuk menghasilkan keuntungan
tersendiri (profits). Dalam ruang abstrak kapitalis ini, ruang sosial tidak
mempunyai existensinya, yang ada hanyalah ruang-ruang mental kapitalis yang
mengalami komodifikasi homogenitas. Ruang ke empat yang dijelaskan oleh
Lefebvre adalah Ruang Diferensial (Differential Space). Ruang ini menurut
Lefebvre adalah sebuah ruang yang lebih membaur (‘mixed’) dan lebih
‘inter-penetrative’ sifatnya.
Selanjutnya adalah
bagaimana konsepsi ruang-ruang yang dimaksud tadi dapat menjadi? Bagi Lefebvre,
ruang merupakan sesuatu yang berkaitan dengan aspek fisik, mental dan
sosial. Ruang bukan berasal hanya dari
kumpulan obyek-obyek (seperti apa yang sering dikonsepsikan oleh sejarahwan
Arsitektur), atau kumpulan gagasan-gagasan (seperti apa yang sering
dikonsepsikan oleh pakar matematika), atau kumpulan manusia (seperti yang
sering dikonsepsikan oleh pakar sejarah sosial), tetapi kumpulan antar-tindak
atau dinamika dari ketiga area ini.
Berdasarkan hal
tersebut Lefebvre memformulasikan ketiga aspek ini (fisikal, mental, social)
menjadi sebagai: ruang-ruang bangunan dan antar bangunan (fisik), gagasan dan
konsep dari ruang (mental), ruang sebagai bagian dari interaksi sosial (sosial)
Perlu kita akui bahwa
konsep ruang dari Lefebvre memang mengalami suatu keterbatasan, terutama yang
berkaitan dengan aspek-aspek gayut seperti ruang pasca kolonial, global dan
cyber. Perlu juga diingat disini bahwa
isu tentang produksi ruang sebenarnya juga telah lebih dulu pernah digagas oleh
pakar-pakar geografi dan antropologi, namun dari sisi yang berbeda. Secara ringkas
kita mencoba memahami triad formulasi Lefebvre tentang ruang adalah sebagai
berikut:
Physical -----Perceived
--- Spatial practice
Mental -------Conceived
---- Representations of Space
Social --------Lived
------ Spaces of Representation
Satu segi ruang abstrak
(space of capitalism) yang muncul dari triad spatial
practices/representations/experiences tersebut adalah multiplisitas dan
karakter-karakter yang kontradiktif. Jika ruang menjadi dari sebuah proses
sosial melalui antar hubungan dari aspek fisik, mental dan social - sementara
itu kapitalisme memperlakukan ruang sebagai sebuah komoditas – maka apa yang
terjadi adalah ruang akan penuh dengan kontradiksi dan karakter-karakter yang
bersaing. Ruang akan penuh dengan kegiatan, sikap, orang kehadiran, bangunan
yang berbeda-beda – segala sesuatu yang kapitalisme coba untuk perlakukan
sebagai sesuatu kesatuan seluruhnya (a unitary whole), sementara secara
berkesinambungan mencoba untuk memecah belah, memfragmentasi dan mempenetrasi
untuk mengkomodifikasikan semuanya.
Pada akhirnya kita menyimpulkan bahwa ruang merupakan
suatu produksi sosial sekaligus sejarah. Segala sesuatu yang kita lakukan akan
meruang (spatial). Ruang juga bukanlah sebuah obyek tapi sebuah proses yang
melibatkan pikiran, tubuh, identitas, tindakan, gagasan dan lain-lain. Ruang
adalah bagian dari kejadian kita, bagian dimana kita ingin berada serta dimana
kita berada.
Novel
2 : The Image Of the City : Kevin Lynch
The Imej City pada
tahun 1960
Dalam
buku menceritakan pengaruh penyelidikan.
Imej tiga bandar - Boston, Jersey City dan Los Angeles-descried dengan dua
kaedah yang peta lakaran dan penerangan. Mengemukakan beberapa idea tentang
konsep imej awam, dan membincangkan beberapa soalan seperti imej bandar,
unsur-unsur dan morfologi bandar. Dalam bab pertama, buku membangunkan beberapa
idea asas dan kemudian memperkenalkan kualiti visual bandar Amerika dengan
mengkaji imej mental sebuah bandar seperti yang dipegang oleh rakyatnya.
Pengarang
yang bertujuan untuk menegaskan bahawa kebolehbacaan adalah penting dalam
persekitaran bandar, untuk menganalisis secara terperinci dan menunjukkan
bagaimana konsep boleh digunakan dalam membina semula bandar-bandar dalam
tempoh itu tahun 1960-an. Bukan itu sahaja, Lynch turut menyimpulkan bahawa
imej realiti yang diberikan mungkin berbeza dengan ketara antara pemerhati yang
berbeza. Walaupun setiap individu mencipta dan merasakan imej sendiri, terdapat
seolah-olah menjadi perjanjian yang besar di kalangan ahli-ahli kumpulan yang
sama.
Oleh
itu, keputusan pemerhati pelbagai boleh digunakan untuk menganalisis bandar.
Memandangkan kaedah yang, sejak penekanan adalah pada persekitaran yang fizikal
sebagai pembolehubah bebas kajian ini kelihatan untuk sifat-sifat fizikal yang
berkaitan kepada sifat-sifat identiti dan struktur dalam imej yang mental,
kerana imej sebuah persekitaran bandar ini mungkin akan dianalisis kepada tiga
komponen: identiti , struktur dan makna.
Bab-bab
berikut menganggap analisis tiga bandar-bandar Boston, Jersey City dan Los
Angeles bagi reka bentuk bandar, atas dasar yang Lynch memberikan lima elemen
imej bandar. Terdapat laluan, tepi, daerah, nod dan tempat-tempat
masing-masing. Laluan ini adalah jalan-jalan, lorong pejalan kaki, laluan dan
saluran lain di mana orang dalam perjalanan. Pada pandangan Lynch,
bahagian-bahagian bandar adalah laluan sepanjang yang pemerhati customarily,
kadang-kadang, atau berpotensi bergerak. Orang biasanya melihat bandar sambil
bergerak melaluinya, dan sepanjang laluan ini unsur-unsur alam sekitar yang
lain disusun dan yang berkaitan. Pemerhati boleh menyaksikan laluan mudah di
bandar tetapi biasanya mengabaikan satu elemen, tepi, yang tidak digunakan atau
dianggap sebagai laluan oleh pemerhati.
Lynch menyimpulkan bahawa tepi harus dilihat
sempadan seperti dinding, bangunan, dan persisiran pantai; mereka adalah
rujukan sisi bukannya paksi koordinat. Tepi itu boleh menjadi halangan, lebih
atau kurang dpt diduga, yang dekat satu kawasan di luar dari yang lain, atau
mereka mungkin lipit, garisan sepanjang mana dua kawasan yang berkaitan dan
menyertai bersama-sama. Unsur-unsur kelebihan, walaupun mungkin tidak seperti
yang dominan sebagai laluan, adalah untuk ramai orang menganjurkan ciri-ciri
penting, terutamanya dalam peranan memegang bersama-sama kawasan umum, seperti
dalam menggariskan bandar oleh air atau dinding. Sebenarnya, tepi sering laluan
serta. Jika ini adalah begitu dan di mana pemerhati biasa tidak menutup dari
bergerak di atas jalan, maka peredaran seolah-olah menjadi imej yang dominan.
Nod adalah tempat
tumpuan dan persimpangan. Pada pandangan Lynch, di satu sudut, mereka mungkin
hanya kepekatan, yang mendapat kepentingan mereka daripada menjadi pemeluwapan
menggunakan beberapa atau ciri-ciri fizikal, sebagai tempat melepak sudut jalan
atau dataran tertutup. Sebaliknya, sesetengah nod-nod kepekatan juga fokus dan
lambang daerah, di mana memancarkan pengaruh mereka dan apa yang mereka berdiri
sebagai symbol.
Lokasi di persimpangan
melibatkan keputusan jalan menguatkan mercu tanda. Mereka sering digunakan
petunjuk identiti dan juga struktur, dan seolah-olah semakin bergantung kepada
perjalanan menjadi lebih dan lebih biasa. Semua lima elemen memperkenalkan
bagaimana imej bandar melahirkan dirinya, maka Lynch terus membangunkan teori
dan bentuk bandar yang dikaji. Beliau mengambil Florence sebagai contoh lagi
tunggal. Ia adalah jelas bahawa elemen diasingkan di atas - jalan, tepi, mercu
tanda, nod dan wilayah - adalah blok bangunan dalam proses membuat firma,
struktur dibezakan pada skala bandar.
Kesimpulannya, pandangan
bandar-bandar mungkin menjadi perkara biasa tetapi masih memberikan keseronokan
khas dari segi lima unsur. Pada asas ini analisis mendalam, Lynch meringkaskan
bahawa terdapat skala baru. Bentuk bandar atau metropolis tidak akan
mempamerkan beberapa perintah gergasi dan berstrata. Melangkah unsur di bandar,
dan khususnya rakyat dan aktiviti-aktiviti mereka, adalah seperti penting
kerana bahagian pegun fizikal. Imej adalah hasil daripada satu proses dua hala
antara pemerhati dan diperhatikan, di mana bentuk fizikal luaran di mana pereka
boleh beroperasi memainkan peranan utama. Itulah sebabnya bahawa kaedah
peninjauan bidang dan temubual sampel untuk imageability telah dibangunkan.
Novel
3 : Death Life Of A Gret Amarican City : Jane Jacobs
Jacobs
secara ringkas menerangkan idea-idea yang berpengaruh dalam perancangan
ortodoks, bermula dari bandar Taman Howard, memang satu set berdikari
bandar-bandar kecil, sesuai untuk semua tetapi mereka dengan rancangan untuk
kehidupan mereka sendiri. Pada masa yang sama, Beautiful City telah dibangunkan
untuk memilah monumen dari seluruh bandar, dan memasang mereka dalam satu unit.
Kemudian Le Corbusier mencipta Radiant City, terdiri daripada pencakar langit
dalam sebuah taman. Jacobs berpendapat bahawa semua ini adalah tidak relevan
kepada bagaimana bandar bekerja, dan oleh itu bergerak untuk menjelaskan
mekanisme bandar-bandar.
Beliau
meneroka tiga kegunaan utama kaki lima: keselamatan, kenalan, dan kanak-kanak
asimilasi. Jalan keselamatan digalakkan oleh laluan pejalan kaki yang jelas
menandakan pemisahan awam / swasta, dan oleh perlindungan spontan dengan mata
kedua-dua pejalan kaki dan mereka yang menonton aliran berterusan pejalan kaki
dari bangunan. Untuk membuat ini perlindungan mata yang berkesan meningkatkan
keselamatan, perlu ada "andaian tidak sedarkan diri sokongan jalan
umum" apabila perlu, atau elemen "amanah". Jacobs berpendapat
bahawa amanah itu tidak boleh dibina tiruan di tempat-tempat awam seperti bilik
permainan dalam projek perumahan. Sidewalk kenalan dan keselamatan,
bersama-sama, menghalang pengasingan dan diskriminasi kaum.
Satu
fungsi akhir kaki lima adalah untuk menyediakan persekitaran yang bukan puncak
pimpinan di tangan untuk kanak-kanak untuk bermain. Ini tidak dicapai dalam ini
dianggap "selamat" taman bandar - satu andaian bahawa Jacobs serius
cabaran kerana kekurangan mekanisme pengawasan di taman-taman. Taman berfungsi
yang berjaya, adalah orang-orang di bawah penggunaan sengit oleh satu set
pelbagai syarikat dan penduduk. Taman tersebut biasanya mempunyai empat
ciri-ciri biasa: Kerumitan, penengah, matahari, dan kepungan. Kerumitan adalah
pelbagai sebab orang menggunakan taman-taman, di kalangan mereka penengah atau
hakikat bahawa taman mempunyai tempat yang dikenali sebagai pusat mereka. Sun,
berlorek dalam musim panas, harus hadir di taman-taman, serta bangunan untuk
menyertakan taman.
Jacobs kemudian
meneroka kejiranan bandar, sukar untuk menentukan untuk sementara ia adalah
organ tadbir urus kendiri, ia tidak layan-diri. Tiga peringkat kawasan
kejiranan bandar; bandar, daerah, dan jalan-jalan, boleh dikenal pasti. Jalan
harus dapat dengan berkesan meminta bantuan apabila masalah besar timbul.
Jabobs
juga menganalisis empat daya kemerosotan dan pertumbuhan semula dalam kitaran
bandar: kepelbagaian berjaya sebagai faktor yang merosakkan diri, pemati
pengaruh unsur-unsur besar tunggal di bandar-bandar, ketidakstabilan penduduk
sebagai penghalang kepada pertumbuhan kepelbagaian, dan kesan awam dan wang
peribadi.
Ketidakstabilan
penduduk adalah faktor ketiga dalam kitaran kehidupan bandar. Sebagai contoh,
alasan bahawa kawasan miskin kekal miskin adalah penduduk yang tidak stabil
penduduk di sana, bersedia untuk keluar apabila mereka tidak mempunyai pilihan.
Oleh itu, Jacobs mencadangkan bahawa proses sebenar slumming, berbanding
setinggan beralih melalui projek-projek pembaharuan atau setinggan immuring
amalan perancangan ortodoks, adalah untuk membuat penduduk setinggan keinginan
untuk tinggal dan membangunkan kawasan kejiranan. Ini mungkin boleh dilakukan
oleh wang tambahan secara beransur-ansur yang membuat peningkatan berterusan
dalam kualiti kehidupan individu pemastautin kawasan miskin.
Faktor terakhir ialah
wang awam dan swasta. Jacobs berhujah bahawa wang mempunyai batasannya, tidak
mampu membeli kejayaan yang wujud untuk bandar-bandar kekurangan faktor
kejayaan. Dia mengklasifikasikan wang ke dalam 3 bentuk: kredit yang diberikan
oleh institusi pinjaman tradisional, bukan kerajaan, wang yang disediakan oleh
kerajaan melalui resit cukai atau kuasa pinjaman, dan wang dari neraka tunai
dan kredit.
Bahagian bab terakhir
buku menceritakan khusus untuk taktik berkesan untuk benar-benar meningkatkan
prestasi bandar. Ini termasuk: rumah-rumah subsidi, pergeseran kereta
berbanding kepada hakisan bandar dengan kereta, peningkatan perintah visual
tanpa mengorbankan kepelbagaian, menyelamatkan projek-projek, dan mereka bentuk
semula mentadbir dan merancang daerah.
Jacobs
mencadangkan tempat tinggal subsidi akan ditawarkan kepada orang-orang yang
tidak mampu perumahan biasa. Berbeza dengan amalan semasa di mana kerajaan
bertindak sebagai tuan rumah, orang-orang ini boleh dan harus ditempatkan oleh
perusahaan swasta di bangunan biasa, bukan projek. Beliau mencadangkan taktik
memberi ruang untuk kegunaan bandar lain yang diingini yang bersaing dengan
trafik automobil keperluan seperti meluaskan kaki lima untuk memaparkan jalan
yang akan menyempitkan asas jalan kenderaan dan dengan itu secara automatik
mengurangkan penggunaan kereta, dan kesesakan lalu lintas. Jacobs berhujah
bahawa kesepaduan visual tidak harus dianggap sebagai matlamat.
Beliau
menekankan kepentingan pengumuman visual bahawa beberapa tinggi jalan-jalan
akan membuat dengan menggambarkan kehidupan sengit. Pada sebelah bawah, jika
jalan itu pergi dan pada jarak, Kerumitan dan intensiti "latar depan"
nampaknya akan berulang terhingga. Oleh itu, pengulangan tidak berkesudahan dan
kesinambungan harus terjejas, dengan memperkenalkan penyelewengan dan gangguan
visual ke tempat kejadian bandar, seperti corak jalan yang tidak teratur dengan
selekoh, bangunan khas, dan lain-lain
Akhirnya
Jacobs berhujah bahawa bandar adalah masalah kerumitan yang dianjurkan. Tidak
seperti masalah dua pembolehubah atau tidak teratur-kerumitan mudah rawak
statistik, masalah kerumitan yang dianjurkan terdiri daripada pelbagai faktor
yang saling berkaitan. Oleh itu, struktur mendatar dalam perancangan bandar
akan bekerja lebih baik daripada struktur menegak, yang bertujuan masalah
oversimplifying kerumitan itu.
No comments:
Post a Comment